Fisiologi “
komodo”
Komodo tak
memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu
melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut,
hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu
membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak.
Komodo
menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil
lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan
yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan
kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo
dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer.Lubang hidung
komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki
sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya
ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.
Sisik-sisik
komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang
terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di
sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan
atau lebih.
Komodo
pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang
meningkat dan teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan) pada
komodo liar. Hal ini terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London
ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga
ketika ia tidak terlihat oleh si biawak
Reff : http://id.wikipedia.org/wiki/Komodo
0 komentar:
Posting Komentar