Penangkaran
“komodo”
Komodo di Kebun Binatang Toronto.
Telah semenjak lama komodo menjadi tontonan yang menarik di
berbagai kebun binatang, terutama karena ukuran tubuh dan reputasinya yang
membuatnya begitu populer. Meski demikian hewan ini jarang dipunyai kebun
binatang, karena komodo rentan terhadap infeksi dan penyakit akibat parasit,
serta tak mudah berkembang biak.
Komodo yang pertama dipertontonkan adalah pada Kebun
Binatang Smithsonian pada tahun 1934, namun hewan ini hanya bertahan hidup selama
dua tahun. Upaya-upaya untuk memelihara reptil ini terus dilanjutkan, namun
usia binatang ini dalam tangkaran tak begitu panjang, rata-rata hanya 5 tahun
di kebun binatang tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Walter Auffenberg di
atas, yang hasilnya kemudian diterbitkan sebagai buku The Behavioral Ecology of
the Komodo Monitor, pada akhirnya memungkinkan pemeliharaan dan pembiakan satwa
langka ini di penangkaran.
Telah teramati bahwa banyak individu komodo yang dipelihara
memperlihatkan perilaku yang jinak untuk jangka waktu tertentu. Dilaporkan pada
banyak kali kejadian, bahwa para pawang berhasil membawa keluar komodo dari
kandangnya untuk berinteraksi dengan pengunjung, termasuk pula anak-anak di
antaranya, tanpa akibat yang membahayakan pengunjung.[48][49] Komodo agaknya
dapat mengenali orang satu persatu. Ruston Hartdegen dari Kebun Binatang Dallas
melaporkan bahwa komodo-komodo yang dipeliharanya bereaksi berbeda apabila
berhadapan dengan pawang yang biasa memeliharanya, dengan pawang lain yang kurang
lebih sudah dikenal, atau dengan pawang yang sama sekali belum dikenal.
Penelitian terhadap komodo peliharaan membuktikan bahwa
hewan ini senang bermain. Suatu kajian mengenai komodo yang mau mendorong sekop
yang ditinggalkan oleh pawangnya, nyata-nyata memperlihatkan bahwa hewan itu
tertarik pada suara yang ditimbulkan sekop ketika menggeser sepanjang permukaan
yang berbatu. Seekor komodo betina muda di Kebun Binatang Nasional di
Washington, D.C. senang meraih dan mengguncangkan aneka benda termasuk
patung-patung, kaleng-kaleng minuman, lingkaran plastik, dan selimut. Komodo
ini pun senang memasuk-masukkan kepalanya ke dalam kotak, sepatu, dan aneka
obyek lainnya. Komodo tersebut bukan tak bisa membedakan benda-benda tadi
dengan makanan; ia baru memakannya apabila benda-benda tadi dilumuri dengan
darah tikus. Perilaku bermain-main ini dapat diperbandingkan dengan perilaku
bermain mamalia.
Catatan lain mengenai kesenangan bermain komodo didapat dari
Universitas Tennessee. Seekor komodo muda yang diberi nama "Kraken"
bermain dengan gelang-gelang plastik, sepatu, ember, dan kaleng, dengan cara
mendorongnya, memukul-mukulnya, dan membawanya dengan mulutnya. Kraken
memperlakukan benda-benda itu berbeda dengan apa yang menjadi makanannya,
mendorong Gordon Burghardt –peneliti– menyimpulkan bahwa hewan-hewan ini telah
mementahkan pandangan bahwa permainan semacam itu adalah “perilaku predator
bermotif-pemangsaan”.
Komodo yang nampak jinak sekalipun dapat berperilaku agresif
secara tak terduga, khususnya apabila teritorinya dilanggar oleh seseorang yang
tak dikenalnya. Pada bulan Juni 2001, serangan seekor komodo menimbulkan
luka-luka serius pada Phil Bronstein -- editor eksekutif harian San Francisco
Chronicle dan bekas suami Sharon Stone, seorang aktris Amerika terkenal --
ketika ia memasuki kandang binatang itu atas undangan pawangnya. Bronstein
digigit komodo itu di kakinya yang telanjang, setelah si pawang menyarankannya
agar membuka sepatu putihnya, yang dikhawatirkan bisa memancing perhatian si
komodo.Meski pria itu berhasil lolos, namun ia membutuhkan pembedahan untuk
menyambung kembali tendon ototnya yang terluka.
http://id.wikipedia.org/wiki/Komodo
0 komentar:
Posting Komentar